Senin, 28 April 2014

GREEN MANUFAKTUR UNTUK INDUSTRI YANG BERKELANJUTAN

Narasumber :   1. Dr. Ir. Emirul Bahar, MT
                        2. Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng,SC
                        3. Ridwan H. Saputra

        Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit mengenai pemaparan materi pada seminar Green Manufaktur untuk Mencapai Industri yang Berkelanjutan. Seminar tersebut dilaksanakan pada 2 April 2014 dan bertempat di ruang auditorium Universitas Gunadarma, Pondok Cina, Margonda, Depok. Dalam seminar kali ini hadir tiga narasumber dari latar belakang yang berbeda. Pembicara pertama yaitu Dr. Ir. Emirul Bahar, MT. Beliau merupakan dosen dari Universitas Gunadarma, dalam materinya beliau menjelaskan mengenai Green Manufaktur sudah barang tentu menjadi suatu keharusan bagi setiap pelaku industri manufaktur yang ada. Untuk merealisasikan Green Manufaktur itu sendiri perlu dilakukan pemahaman mengenai Green Manufaktur kepada seluruh komponen pegawai yang berada dalam suatu lingkup perusahaan karena keterlibatan pegawai dalam hal ini dimulai dari proses desain sampai pada tahap daur ulang. Selain itu juga perlu untuk melibatkan masyarakat sekitar yang berfungsi untuk membantu mewujudkan Green Manufaktur tentunya dengan dilakukan kerjasama yang simbiosis mutualisme. Green Manufaktur itu sendiri bertujuan untuk menghemat sumber daya alam yang digunakan suatu proses industri. Proses yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengurangi sumber-sumber bahan baku yang berpotensi menjadi limbah yang tak terpakai serta melakukan daur ulang terhadap limbah-libah yang masih bisa digunakan sehingga dapat mengurangi limbah yang tak terpakai. Penggunaan konsep Green Manufaktur menghasilkan beberapa manfaat diantaranya yaitu menghemat biaya yang mubazir, meningkatkan research & development , dan membentuk reputasi yang baik kepada perusahaan. Pada kesempatan kedua, materi diisi oleh Prof.Dr.Ir.Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC. Beliau merupakan praktisi pendidikan dan menjadi dosen di Intitut Teknologi Sepuluh November (ITS). Dalam materinya beliau menjelaskan bahwa sektor industri manufactur sudah saatnya memperluas tanggung jawabnya terhadap keseluruhan "stake holder" sepanjang siklus hidup produknya, karena   selama ini industrilah yang memproduksi serta membuang limbah, menghasilkan emisi pollutant dan membuat sampah dari produk bekasnya. Proses Green Manufacture sangat dibutuhkan dalam hal ini karena mencakup cara pemanfaatan sumber daya alam yang baik, melakukan daur ulang terhadap limbah dan memberi pemahaman tentang wawasan lingkungan terhadap tenaga kerja. Karenanya tanggung jawab industri yang berwawasan lingkungan diperlukan perluasan peran dan tanggung jawab tradisionalnya yang hanya sebagai pemabrik (manufacturer) tetapi juga sebagai pendaur ulang  produks dan mengurusi limbah yang dihasilkan oleh produksinya  supaya    beban lingkungan akibat limbah industri bisa berkurang.
        Aktivitas industri yang ada saat ini bisa dipandang sebagai suatu "ekosistem industri", karena melibatkan arus material dan energi yang berasal dari lingkungan. Sehingga industri yang menyebabkan percepatan aliran material dan energi dari sumbernya di ekosistem sekaligus mengancam keberadaan planet bumi.  Karena Industri   membuang emisi pollutant ke udara, limbah cair dan padat, B3, dan pollutant lain masuk dalam rantai sistem makanan. Sekali masuk dalam ekosistem dalam rantai makanan, seperti pollutant beracun, logam berat, peptisida dan herbisida dalam produk pertanian, menyebabkan penyakit dan kanker bagi manusia. Sedemikian juga bila merusak lapisan ozone, dan membuat penumpukan gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan seterusnya.
Masyarakat yang sadar lingkungan melahirkan paradigma yang baru, sehingga menuntut   "green product" , "clean production"  serta "perancangan" produks yang tidak merusak dan tidak membahayakan lingkungan saat produk itu di proses manufacturing, dipergunakan maupun setelah menjadi sampah. Tipnis mengajukan gagasan "lean production" dan "robust design" menjadi dasar  yang penting dalam  merealisir paradigma ini. Kemudian untuk memasukkannya kedalam strategi korporasi, perusahaan atau industri manufactur harus menjalankan dan memperhatikan prinsip paradigma   "E" berikut ini:
Ø  Ecology : bertindak selayaknya dalam relasi ekologis
Ø  Environment : melindungi lingkungan
Ø  Energy : meminimumkan limbah dan mengembangkan sumber energi alternatif yang bersih
Ø  Economy: konsumsi lebih sedikit resources, menghasilkan produk yang paling ekonomis
Ø  Empowering: pemberdayaan karyawan untuk mendapatkan performance yang terbaik
Ø  Education: majukan aspek pendidikan, jauhkan prasangka buruk dan ketidak pedulian
Ø  Excellence : berikan yang terbaik  untuk ekologi

Pada kesempatan ketiga, materi disampaikan oleh Bapak Ridwan H. Saputra beliau merupakan pegawai dari perusahaan nasional ternama dalam produksi semen yaitu PT. Indocement. Beliau menjelaskan bahwa perusahaan tempat ia bernaung tidak hanya berfokus dalam hal meningkatkan kinerja produk dan memajukan perusahaan saja, tetapi perusahaan juga ikut memelihara lingkungan, karena bagaimana pun juga perusahaan sadar dengan hadirnya perusahaan besar yang juga turut mengeluarkan polusi udara  tentu secara tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, sebagai perusahaan besar dan ingin dikenal secara luas oleh dunia internasional maka PT Indocement melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki lingkungan yaitu dengan penerapan konsep Green Manufaktur pada perushaan tempat ia bernaung tersebut. Dalam penggunaan bahan tentunya menjadi persoalana yang penting bagi PT.Indocement karena akan memberikan dampak sekecil apapun terhadap penggunaannya. Bahan cementitious adalah salah satu komponen kunci keunggulan produk Indocement, PCC. Penggunaan bahan baku alternatif yang digunakan sebagian besar berasal dari material vulkanik, seperti batuan pozzolanic, fly ash, dan sebagainya. Indocement juga secara aktif berusaha meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif dengan memperbaiki penggilingan dan penyaringan bahan baku. Pemasangan filtrasi Bag House di seluruh pabrik dan kiln merupakan bagian dari peningkatan konsistensi dan efektivitas Indocement dalam mengurangi emisi debu. Sistem ini lebih efektif dalam menangkap emisi debu daripada Electrostatic Precipitator. Adapun limbah yang dihasilkan dari sisa produksi tidak dibuang ke tempat pembuangan akhir melainkan ditampung dan kemudian dilakukan pengolahan kembali sehingga dapat mengurangi limbah yang ada. Indocement juga telah memperbarui seluruh sertifikasi, meliputi ISO 9001 (manajemen mutu), ISO 14001 (manajemen lingkungan), OHSAS 18001 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada 2011, ISO 50000 mengenai sistem manajemen energi.

Sumber :


            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar