Narasumber : 1. Dr. Ir. Emirul
Bahar, MT
2.
Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng,SC
3.
Ridwan H. Saputra
Pada
kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit mengenai pemaparan materi pada
seminar Green Manufaktur untuk Mencapai Industri yang Berkelanjutan. Seminar
tersebut dilaksanakan pada 2 April 2014 dan bertempat di ruang auditorium Universitas
Gunadarma, Pondok Cina, Margonda, Depok. Dalam seminar kali ini hadir tiga
narasumber dari latar belakang yang berbeda. Pembicara pertama yaitu Dr. Ir. Emirul
Bahar, MT. Beliau merupakan dosen dari Universitas Gunadarma, dalam materinya
beliau menjelaskan mengenai Green Manufaktur sudah barang tentu menjadi suatu
keharusan bagi setiap pelaku industri manufaktur yang ada. Untuk merealisasikan
Green Manufaktur itu sendiri perlu dilakukan pemahaman mengenai Green
Manufaktur kepada seluruh komponen pegawai yang berada dalam suatu lingkup
perusahaan karena keterlibatan pegawai dalam hal ini dimulai dari proses desain
sampai pada tahap daur ulang. Selain itu juga perlu untuk melibatkan masyarakat
sekitar yang berfungsi untuk membantu mewujudkan Green Manufaktur tentunya
dengan dilakukan kerjasama yang simbiosis mutualisme. Green Manufaktur itu
sendiri bertujuan untuk menghemat sumber daya alam yang digunakan suatu proses
industri. Proses yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan
mengurangi sumber-sumber bahan baku yang berpotensi menjadi limbah yang tak
terpakai serta melakukan daur ulang terhadap limbah-libah yang masih bisa
digunakan sehingga dapat mengurangi limbah yang tak terpakai. Penggunaan konsep
Green Manufaktur menghasilkan beberapa manfaat diantaranya yaitu menghemat
biaya yang mubazir, meningkatkan research & development , dan membentuk
reputasi yang baik kepada perusahaan. Pada kesempatan kedua, materi diisi oleh
Prof.Dr.Ir.Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC. Beliau merupakan praktisi
pendidikan dan menjadi dosen di Intitut Teknologi Sepuluh November (ITS). Dalam
materinya beliau menjelaskan bahwa sektor
industri manufactur sudah saatnya memperluas tanggung jawabnya terhadap
keseluruhan "stake holder" sepanjang siklus hidup produknya,
karena selama ini industrilah yang memproduksi serta membuang
limbah, menghasilkan emisi pollutant dan membuat sampah dari produk bekasnya. Proses
Green Manufacture sangat dibutuhkan dalam hal ini karena mencakup cara pemanfaatan
sumber daya alam yang baik, melakukan daur ulang terhadap limbah dan memberi
pemahaman tentang wawasan lingkungan terhadap tenaga kerja. Karenanya tanggung jawab industri yang berwawasan
lingkungan diperlukan perluasan peran dan tanggung jawab tradisionalnya yang
hanya sebagai pemabrik (manufacturer) tetapi juga sebagai pendaur ulang
produks dan mengurusi limbah yang dihasilkan oleh produksinya
supaya beban lingkungan akibat limbah industri bisa berkurang.
Aktivitas industri yang ada saat ini bisa dipandang
sebagai suatu "ekosistem industri", karena melibatkan arus material
dan energi yang berasal dari lingkungan. Sehingga industri yang menyebabkan
percepatan aliran material dan energi dari sumbernya di ekosistem sekaligus
mengancam keberadaan planet bumi. Karena Industri membuang
emisi pollutant ke udara, limbah cair dan padat, B3, dan pollutant lain masuk
dalam rantai sistem makanan. Sekali masuk dalam ekosistem dalam rantai makanan,
seperti pollutant beracun, logam berat, peptisida dan herbisida dalam produk
pertanian, menyebabkan penyakit dan kanker bagi manusia. Sedemikian juga bila
merusak lapisan ozone, dan membuat penumpukan gas rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global dan seterusnya.
Masyarakat yang sadar
lingkungan melahirkan paradigma yang baru, sehingga menuntut
"green product" , "clean production" serta
"perancangan" produks yang tidak merusak dan tidak membahayakan
lingkungan saat produk itu di proses manufacturing, dipergunakan maupun setelah
menjadi sampah. Tipnis mengajukan gagasan "lean production" dan
"robust design" menjadi dasar yang penting dalam
merealisir paradigma ini. Kemudian untuk memasukkannya kedalam strategi
korporasi, perusahaan atau industri manufactur harus menjalankan dan
memperhatikan prinsip paradigma "E" berikut ini:
Ø Ecology : bertindak
selayaknya dalam relasi ekologis
Ø Environment : melindungi
lingkungan
Ø Energy : meminimumkan limbah
dan mengembangkan sumber energi alternatif yang bersih
Ø Economy: konsumsi lebih
sedikit resources, menghasilkan produk yang paling ekonomis
Ø Empowering: pemberdayaan
karyawan untuk mendapatkan performance yang terbaik
Ø Education: majukan aspek
pendidikan, jauhkan prasangka buruk dan ketidak pedulian
Ø Excellence : berikan yang
terbaik untuk ekologi
Pada kesempatan ketiga,
materi disampaikan oleh Bapak Ridwan H. Saputra beliau merupakan pegawai dari
perusahaan nasional ternama dalam produksi semen yaitu PT. Indocement. Beliau
menjelaskan bahwa perusahaan tempat
ia bernaung tidak hanya berfokus dalam hal meningkatkan kinerja produk dan
memajukan perusahaan saja, tetapi perusahaan juga ikut memelihara lingkungan,
karena bagaimana pun juga perusahaan sadar dengan hadirnya perusahaan besar
yang juga turut mengeluarkan polusi udara tentu secara tidak langsung
ikut mempengaruhi kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu,
sebagai perusahaan besar dan ingin dikenal secara luas oleh dunia internasional
maka PT Indocement melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki lingkungan
yaitu dengan penerapan konsep Green Manufaktur pada perushaan tempat ia
bernaung tersebut. Dalam penggunaan bahan tentunya menjadi persoalana
yang penting bagi PT.Indocement karena akan memberikan dampak sekecil apapun
terhadap penggunaannya. Bahan cementitious adalah
salah satu komponen kunci keunggulan produk Indocement, PCC. Penggunaan bahan
baku alternatif yang digunakan sebagian besar berasal dari material vulkanik,
seperti batuan pozzolanic, fly ash, dan sebagainya. Indocement juga secara
aktif berusaha meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif dengan memperbaiki
penggilingan dan penyaringan bahan baku. Pemasangan filtrasi Bag
House di seluruh pabrik dan kiln merupakan bagian dari peningkatan
konsistensi dan efektivitas Indocement dalam mengurangi emisi debu. Sistem ini
lebih efektif dalam menangkap emisi debu daripada Electrostatic
Precipitator. Adapun limbah yang dihasilkan dari sisa produksi tidak
dibuang ke tempat pembuangan akhir melainkan ditampung dan kemudian dilakukan
pengolahan kembali sehingga dapat mengurangi limbah yang ada. Indocement juga telah
memperbarui seluruh sertifikasi, meliputi ISO 9001 (manajemen mutu), ISO 14001
(manajemen lingkungan), OHSAS 18001 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada 2011,
ISO 50000 mengenai sistem manajemen energi.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar