Rabu, 14 November 2012

MANUSIA DAN KEINDAHAN



A. KEINDAHAN
Keindahan merupakan suatu hal yang enak untuk di pandang, enak untuk di rasakan dan sangat nyaman apabila di renungi secara mendalam. Karena keindahan adalah suatu kebutuhan dari manusia  yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupannya. Keindahan sangat banyak di temukan pada sekitar lingkungan kita seperti pemandangan alam, bunga yang indah, patung seni yang memukau, lukisan abstrak yang spektakuler dll.
Keindahan juga dapat berasal dari dalam diri manusia seperti halnya kita merasakan kehangangatan akan sebuah kerbersamaan dalam satu keluarga yang tidak akan di temukan ditempat lain karena hal seperti itulah yang bisa membuat diri manusia menjadi lebih bersemangat dan lebih merasakan apa arti hidup indah yang sebenarnya.
Keindahan itu sangat luas. Keindahan dapat kita temui di segala penjuru, serta sudut-sudut yang terkadang kita tak pernah sadar kalau disitu terdapat keindahan yang spektakuler.
Estetika merupakan salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang mempelajari tentang  keindahan, seperti misalnya bagaimana keindahan itu dapat terbentuk dan dapat dirasakan. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana yang dapat membantu sesuatu hal lainnya.
Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari suatu benda yang bersangkutan, atas suatu tujuan ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati akan sesuatu yang indah.

B. RENUNGAN


Renungan berasal dari kata renung. Renungan merupakan proses intropeksi diri akan sesuatu hal yang telah di perbuat sebelumnya ataupun yang belum terjadi. Renungan dapat membuat orang menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya karena apabila kita merenungkan akan sesuatu hal yang telah kita perbuat sebelumnya secara mendalam tentu kita akan tahu bagaimana dampak positif dan negatif atas permasalahan tersebut dan dari situ juga lah manusia bisa dapat lebih mempertimbakan akan sesuatu hal sebelum bertindak. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :

• TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah  “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini berkaitan dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang berjudul “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.

• TEORI METAFISIK
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari  Plato yang sebagian karya tulisanya membahas tentang konsepsi keindahan, estetik filsafati dan teori seni. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.

• TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).


• TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.

• TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.

C. KESERASIAN

Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
Keserasian akan timbul apabila sesuatu hal sering di pertemukan untuk bekerja sama sehingga hal tersebut dapat membangun keserasian. Seperti misalnya ada dua orang yang tidak saling kenal lalu di pertemukan dengan tidak sengaja kemudian kedua orang tersebut berkenalan dan lama kelamaan menjadi lebih akrab karena telah sering bertemuan ataupun membangun kerjasama dalam suatu bidang tertentu. Tentu saja tanpa disengaja hal tersebut sudah membangun keserasian di antara mereka berdua.
Pada hakikatnya keserasian sangatlah di perlukan dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain oleh karena itu dalam hal ini keserasaian sangatlah di perlukan untuk mewujudkan sesuatu yang lebih baik lagi dari sebelumnya.


By : Rifki Dwi Rahmana


sumber :
 http://zarapintar.wordpress.com/2012/04/23/manusia-dan-keindahan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar